Poto Abdul Ghani warga Kabupaten Bungo yang naik Haji tahun ini, Abdul Ghani merupakan pembudidaya Kencur dan hasil Budidaya Kencur inilah untuk berangkat biaya Hajinya.(poto:syarif/teboonline.id)
TEBOONLINE.ID - Abdul Ghani Darim (73), seorang petani
Kencur asal Dusun Bedaro, Kecamatan Muko-Muko VII, Kabupaten Bungo, Jambi masih
belum percaya seutuhnya jika ia bisa berangkat Haji di tahun 2025.
Ia bercerita sudah mendaftar Haji di tahun 2012
beserta istri dengan uang hasil jual tanah. Meskipun ia belum tahu pasti, dihari
berikutnya apakah bisa melunaskan sisa pembayaran atau tidak.
"Saya punya keinginan kuat untuk Haji, dulu jual
tanah untuk daftar. Saya tidak tahu ke depannya, yang penting yakin akan ada
jalan. Saat itu, saya hanya petani Karet," jelasnya, Sabtu (17/05/2025).
Dalam proses menunggu panggilan Haji, Abdul Ghani
menerima berbagai cobaan yang menguji niat kesungguhannya untuk berhaji. Ia
sempat mengalami struk ringan, sehingga mulai saat itu sudah tidak bisa kerja
secara maksimal. Ia bahkan sempat bingung tentang kelanjutan proses pembiayaan Hajinya.
Ia pun menyadari tidak mungkin bisa mengandalkan
bantuan dari orang lain. Karena sisa uang pelunasan untuk dua orang tidaklah
sedikit. Dalam proses menunggu panggilan Haji, ia mencoba berbagai usaha agar
bisa bertahan hidup dan menabung sedikit demi sedikit untuk biaya Haji.
"Saya sempat kena struk ringan, kerja tidak
sekuat dulu lagi. Setiap hari yang diingat itu hanya masalah Haji, seandainya
ada panggilan Haji, bagaimana cara pelunasannya. Sambil usaha semampunya,
nangis ke Tuhan, dan menabung," ungkapnya.
Ditengah kekacauan pikirannya, tiba-tiba Abdul Ghani
kepikiran untuk menanam kencur di sela-sela Kebun Sawit yang masih rendah sejak
tiga tahun lalu. Ia pun tidak punya ekspektasi tinggi bisa membantu pelunasan
biaya Haji. Ia hanya tidak betah nganggur di rumah.
Ia juga berpikir tidak mungkin membebankan biaya
hajinya kepada keluarga atau orang lain. Ia merasa tak enak harus merepotkan
banyak pihak dalam proses perjalanan spiritualnya.
"Saya dan istri mulai menanam kencur sejak tiga
tahun lalu, kerja lain tidak kuat lagi. Kebun kencur ini di lahan sawit yang
baru di tanam," imbuh Abdul Ghani.
Setelah beberapa bulan menanam Kencur, Abdul Ghani dan
istri mulai mendapatkan manfaat. Ketika waktu panen datang, harga Kencur naik
signifikan. Ia pun girang, karena Allah memberikan jalan dari kebingungannya
lewat budidaya kencur.
"Budidaya Kencur tidak membutuhkan tenaga besar,
sehingga bisa dilakukan. Di sini (Bedaro,red) setiap Jumat ada pasar, sekali
seminggu. Perminggu bisa jual setidaknya 50 kg. Tahun ini harganya Rp. 45
ribu/kg," katanya.
Setelah dari pasar, Ghani menabung sebagian besar
uangnya untuk biaya pelunasan Haji. Bahkan ia berhemat bersama istri agar bisa
lancar ketika dipanggil berangkat Haji. Karena sudah siap secara mental dan
keuangan.
Padahal, dulu sempat bingung terkait kelanjutan biaya Haji.
Beberapa Bank pun sempat menawarkan dana talangan Haji kepada Abdul Ghani dan
istrinya. Namun, budidaya Kencur dan bantuan mental serta dana menguatkan hati
Abdul Ghani untuk tetap berhaji.
"Kencur ini yang utama dalam menambah biaya
pelunasan, jalan Tuhan untuk melunasi. Syaratnya harus yakin. Ditunda berangkat
karena covid, saya nangis kalau ingat cara melunaskan biaya Haji, menangis
terus. Dibantu juga dari anak-anak. Karena kita keluarga biasa saja,"
bebernya sambil mengusap air mata.
Hal serupa disampaikan Azizah (65), istri Abdul Ghani,
ia dan suaminya memang sudah lama mengidamkan bisa berhaji bersama. Setidaknya
mereka berdua bisa berhaji sebelum ajal menjemput.
Mereka berdua meletakkan Haji dalam urutan pertama
cita-cita yang ingin dicapai. Setiap hari merasakan kerinduan dengan Allah,
bisa beribadah di Masjid Rasulullah, Ziarah ke Makam Rasulullah, dan berdoa di
depan Ka'bah.
"Saya sangat terharu bisa Haji tahun ini. Kami
berdua sudah tidak muda lagi. Saya juga mulai ada sakit asam urat.
Alhamdulillah, bisa berangkat. Allah membantu kami lewat budidaya Kencur,"
tandasnya.***
Penulis: Syarif Abdurrahman
Editor: S.Supriyadi