Para Guru SD dan MI di Kabupaten Tebo saat mengikuti pelatihan pembelajaran dan budaya baca. |
Menurut Reni, ia mengaku beruntung menjadi salah satu peserta dalam rangka meningkatkan kompetensinya sebagai guru madrasah.
“Saya senang, ditunjuk menjadi salah satu peserta, pelatihannya menarik dan bagus untuk pengembangan diri guru,” ujarnya.
Reni menambahkan, selama mengikuti pelatihan semua peserta dituntut aktif dan berdiskusi dengan peserta lainnya. Banyak hal yang Rani pelajari, seperti pembelajaran MIKiR, yang merupakan singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi.
“Setelah diperkenalkan pembelajaran aktif melalui langkah-langkah MIKiR tadi, saya yakin siswa madrasah kami akan semakin baik kedepan,” tambahnya.
Selain MIKiR, para peserta diperkenalkan “kunjung karya”, yaitu para peserta mengunjungi karya hasil kelompok lainnya, PIT alias Pertanyaan Imajinatif dan Terbuka, dan MIA yang merupakan singkatan dari Mobilitas, Interaksi, dan Akses siswa ketika belajar di kelas.
“Siswa jadi lebih aktif, berani dan terbuka untuk menyampaikan pendapat,” kata Irman Sucipto, guru SDN 118/VIII Wirotho Agung Rimbo Bujang.
Peserta lainnya, mengaku dengan pembelajaran yang dikembangkan Program PINTAR, tentu menjawab tantangan guru ketika pembelajaran di kelas. Sehingga siswa yang awalnya pendiam pun menjadi lebih berani mengungkapkan pendapat berkat pembelajaran aktif.
“Satu hal yang menarik dari pelatihan ini adalah peserta menyampaikan gagasan secara terbuka di depan kelompok lainnya, saya akan melakukan hal yang sama ketika mengajar nanti,” ujar Ngatiman, guru SDN 60/VIII Perintis Rimbo Bujang.
Dukung Pembelajaran Abad 21.
Heru Purnomo, SE, mengatakan Program PINTAR Tanoto Foundation sejalan dengan Dinas Pendidikan dalam mendorong guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif di kelas.
“Tentu ya, sangat bagus sekali, sejalan dengan Dinas Pendidikan, guru harus menerapkan hasil pelatihan ketika mereka kembali ke sekolah masing-masing,” ujar pria yang menjabat Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo.
Heru berharap setelah pelatihan ini imbasnya membuat siswa lebih berani berpendapat, sekolah memiliki karakter, keterampilan, dan berfikir ilmiah,
“Harapannya tentu seperti itu ya, sehingga outputnya adalah siswa di Kabupaten Tebo ini berprestasi,” tambahnya.
Fitria Hima Mahligai, Training Specialist Primary Tanoto Foundation Jambi, kedepannya dengan pembelajaran MIKiR, guru akan mendorong siswa untuk menanya, mengamati, mencoba, berpendapat, dan merefleksikan pembelajaran yang dibutuhkan abad 21, yaitu siswa berpikir kreatif dan kritis, bekerja sama, berkomunikasi, dan mampu memecahkan masalah.
“Pandangan guru tentang berfikir kreatif misalnya saat mengidentifikasi kegiatan pembelajaran, seperti unsur mengalami, maka guru mengarahkan pikiran pada ‘kemampuan apa yang akan dikembangkan siswa,” ujarnya.
Seperti apa contoh kongkritnya, Fitria menambahkan, “Misalnya mampu mengenal struktur tulang daun’, maka kegiatan ‘mengalami’nya adalah mengamati berbagai daun; lalu ‘mampu menulis puisi’ siswa harus menulis puisi; dan sebagainya. Ini butuh komitmen dan kreativitas guru,” ungkapnya. (crew)